Allah Memiliki Cara Memeluk Mimipimu

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; & carilah karunia Allah & ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Kemudian setelah selesai sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi (untuk menjalankan urusan masing-masing) dan carilah apa yang kamu hajati dari limpah kurnia Allah, serta ingatlah akan Allah banyak-banyak (dalam segala keadaan), supaya kamu berjaya (di dunia dan di akhirat).” (Al-Jumuah :10)

Ini sedikit tentang tangis dan keringat. Ketika  jatuh cinta, pada indahnya ketinggian ilmu. Ya! Tentang beberapa mimpi indahmu. Jangan sekali-kali kau anggap remeh. Mimpimu, adalah hidupmu. Tak peduli seberapa banyak orang menjatuhkanmu. Hiraukan saja, ocehan yang hanya membuatmu terjatuh. Mimpimu, hidupmu. Terlalu buram jika kau terus terjatuh.

Tentang ribuan mimpimu. Tulislah ia. Pada buku atau catatan ringan. Boleh juga kita sebut ia DREAM BOOK. Jika ada DREAM BOOK, maka jangan lupa. Mesti ada THANKFULL BOOK. Biarkan beribu mimpi termaktub di dalamnya. Biarkan jutaan keluh dan syukur tentang hari-harimu, terkenang dalam THANKFULL BOOK-mu.

Tentang deretan angka mimpi dan harapan. Biarkan tertulis. Namun harus selalu teruntai doa dalam shalatmu. Jangan sekali-kali lupakan Tuhan dalam setiap mimpimu. Apa dayamu tanpa-Nya? Pun tentang panjangnya waktu belajarmu. Bukankah panjangnya waktu adalah syarat seorang pelajar? Di tambah dengan keshabaran? Itu kata Imam Syafi’i. Jadi, panjangnya zaman adalah suplemen hebat untuk menjadi orang hebat.

Ya! Tentang mimpiku. Dahulu, 9 tahun yang lalu. Cita-cita menimba ilmu di Negeri Kinanah, begitu meninggi. Ku pajang sertifikat S1 Abi. Foto-foto saat di Cairo pun ku simpan. Bahkan, sewaktu SMP (SMP IT Baitul Anshar, semoga Allah selalu merahmati cahaya pada setiap asatidz ustadzat disana) bersama beberapa kawan hebat, jiwaku bernadzar untuk Al-Azhar Asy-syarief (Kalian ingat? Urfa? Mufida? Dinan? Syifa? Terimakasih doa kalian. Uhibbukunna Fillah).

Ya! Mimpi yang pasti Dia dengar dan genggam. Memasuki wilayah SMA (th 2008). Inilah! Awal dimana segalanya menjadi kekuatan bagiku. Menjadi salah satu santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan. Katanya alumnusnya banyak yang melanjutkan ke Azhar, Saudi, bahkan pelosok dunia. Ya, akhirnya aku pun menjadi bagian dari 2.300 santri. Statusku bukan SMA kelas X atau pun 1 Aliyah. Tapi, i’dad. Ini kelas persiapan bahasa. Bahasa Arab tentunya. Meski memang pada awalnya, sakit dalam dada. Mengapa? Bagaimana tidak? Jika setahun kemudian, saat bertemu kawan-kawan SMP yang mereka bicarakan adalah penjurusan? Kimia? Atom? Biologi? Sejarah? Logika Matematika? Dan saat itu saya masih blenk dengan ilmu eksakta. Setahun memperdalam bahasa Arab tanpa eksakta.

Ya! Tida ada putus asa dalam kamus kehidupan kita. Wa laa tay asuu mirrawhillah. Sejak mengenal dunia aliyah di PPHK, ku tulis di setiap pojok kitab, buku, al-Quran “Nabilah Hayatina . Ath-thalibah bi Jaami’ah Al-Azhar. Kulliyah Ushuuluddin”. Terkadang berubah, menjadi “Bi jaaami’ah Umm Al-Qurra, Mekkah.” Kedua negara yang sangat ku cintai. Mati-matian siang dan malam, belajar kesana kemari. Bersama kawan-kawan Huuriyah (Divisi OSHK-15, Ruhiyah dan Tarbiyah).  Terkadang sampai rapat pun kitab-kitab dan ringkasannya dilumat habis. Alhamdulillah, ini semua berkat izin Allah. juga doa orangtua, bimbingan asatidz dan ustadzat HK. Yaa tak lupa. Kawan-kawan terhebat Khanzawaat al-Ajyaal, Huuriyah, dan Nazhima Al-thaff (Kelas PK, calon ummahat-umahat gaul nan kece nih di dalamnye :D).

Sekali lagi! Ini tentang keringat dan airmata. Setahun kemudian, saat kawan-kawan berjuang tes untuk Al-Azhar Asy-syarief, pesawatku baru landing (juli 2012). Alhamdulillah, ini hadian dari orangtua hebatku. Hadiah atas hapalan Al-Quranku. Menyesakkan? Karena sebenarnya bisaku kejar, Tapi sudahlah. Mari membuka kesempatan kedua. Umm Al-Qurra, Mekkah!

Mekkah, Madinah. Satu yang selalu menjadi syarat terpenting. Mahram. Meski ada paman disana, ikatan nasabku sangatlah jauh. Ya, untuk ilmu aku tak mau bermain kotor. Fine. Mari buka pintu yang lain. Alhamdulillah, bertemu kawan Syam di Pare, Kediri (november 2012) . Lumayan lama otakku ini tenggelam dalam tanah jawa itu. Karena ingat pesan abi, tiga poin terpenting untuk dakwah. Al-Quran, Arab, Inggris .  Mari, ku ajak mencari celah beasiswa disana. Ternyata, jarang mahasiswa Indonesia mendapat beasiswa ke Jordan. Jika harus biaya sendiri, sungguh tidak mampu.

Jangan! Jangan pernah kita buat lubang untuk kita jatuhi sendiri! Ku ketuk pintu kerajaan Brunei. Got! Alhamdulillah, menunggu jadwal interview via Skype. Menunggu. Nihil. Hingga sebulah dua-bulan tak ada kabar dan jawaban di kantong emailku. OK! Kini sudah memulai awal tahun baru. Mungkin pendaftaran Azhar kembali dibuka. Dengan semangat membara, tepat jam 12 malam. Daftar online. Mendapat no urut 2. “Semoga awal yang baik ya, Bil”. Doa kawanku disana.

Tamam. Kita boleh saja mundur, tapi waktu tidak! Tahun 2013, Mesir tidak menerima mahasiswa baru, disebabkan kondisi negara yang belum stabil. Hati menjerit, mata menangis. Duh Gusti, sebanyak apa dosa hamba? Dua tahun berlalu, mungkin teman sebaya SMP-ku sudah akan selesai strata 1. Tapi ingat, ilmu dan sukses adalah milik siapapun. Lelah itu biasa.

Pesimis tak lain dari kesombongan yang mendahului takdir (terima kasih akhwat calon dokter, FK-UNPAD). Tuhanmu takkan membiarkan tangan hamba-Nya kosong, selepas berdoa. Alhamdulillah ala koulli haal. Sebulan kemudian,

We are pleased to inform you that you have been selected by the Türkiye
Scholarships Committee to receive a scholarship for study in Turkey. Please
find enclosed offer of scholarship letter.

Congratulations and best wishes for a productive and successful academic
life in Turkey as a Türkiye Scholarhips holder.

Best Regards

Türkiye Scholarships Team

Allahu Akbar! Hp terus berbunyi, tepat jam 12 malam tanggal 29 Agustus. Banyak notif dari beberapa applicant. Sekejap tubuh jatuh, sujud tersungkur.

Allah..

Allah selalu banyak cara memeluk mimpi hamba-Nya. Suatu kali, aku pernah berpikir. Jika Allah ada di langit ketujuh, akan kusampaikan mimpi-mimpiku. Lewat layang-layang ku terbangkan. Setinggi mungkin. Karena katanya, Dia ada di langit teratas. Akan ku pinta pada angin malam, bulan, bintang, matahari. Agar mereka bawa layang-layang mimpiku pada-Nya.

Atau, katanya ilmu Allah lebih luas dari samudera dan segala perairan bumi. Jika lebih luas, aku pun sebenarnya bisa. Mengirimkan surat mimpi, yang kulipat lalu ku lempar di samudera bersama botol yang menjaganya. Agar ia tidak basah. Tapi, nyatanya memanglah. Romantisme Allah ada pada waktunya. Tak perlu lelah lelah menerbangkan layangan. Tak perlu basah-basah melempar surat kaleng pada-Nya bersama lautan. Karena sejatinya, Dia lebih dekat dari urat nadi. Dia yang memegang segala mimpi dan doa kita. Dia yang tiada bosan mendengar keluh kesah. Dia, segalanya.

Terimakasih atas segala ilmu ustadzat0 asatidz PPHK, SMP IT Baitul Anshar, SDIT Lukmanul Hakim, dan semua teachers ELFAST dan kawan-kawan seluruhnya. (ada bagian tulisan saya bercerita tentang mereka,. Coming soon 🙂 )

Dia, yang memiliki cara indah dalam memeluk mimpi hamba-Nya. Terimakasih atas cinta dan doanya, Ummi abi.

Bandung, 21 Dzulqaidah 1434, 41 jam menujuu penerbangan menuju Istanbul)

Alhamdulillah..

4 thoughts on “Allah Memiliki Cara Memeluk Mimipimu

Leave a comment