Rindu Huuriyah (1)

“Pindah kamar nih anak huuriyah. Jadi anak taruh beneran kayak anak ikhwan. “ itula yang kerap kali kita dengar dari kawan-kawan. Sebab sangat betah di kantor yang hanya lebar dan panjangnya tak sampai tiga meter.

“Yaa yang makannya ngejomblo pindah ke kamar huuriyah.”

“Huuriyah nih, pagi siang malam di maktab  terus. Sampai tidur dan belajar di maktab.

Apa kabar kawan Huuriyah seperjuangan? Kadang saya tertawa sendiri sepanjang perjalanan pulang, atau di asrama, mengingat sepak terjang perjuangan kita dua tahun lalu. Pada 1200 santri dan Masjid megah, Al-Husna 2. Dari yang dulu kita kenal sangat kalem dan pendiam, tetiba bersama dalam keluarga Huuriyah, baru tahu karakter aslinya. Tetiba yang dulu di kenal brandal, tetiba menjadi terkenal shalihah. Yang dikenal sangat lembut, menjadi sangat galak dan menakutkan.

ruhiyah

Ya. Saat itu kali pertama, kita saling mengikat dan bergenggaman. Tak mudah memang, menjadi panutan 1200 santri. Bahkan kawan sendiri, juga kakak kelas.

“Jika ruhiyah santri bagus, maka kita tidak akan menemukan santri yang melanggar peraturan pondok.” Itu patokkan kita.

Dalam mading maktab  yang tak besar, tertempel  semboyan dan nasehat dari pengurus sebelum kita, Ulvi Sa’diyah “ Senyumlah dalam segala hal”.  Bermula dari situlah, kita berusaha tak tampilkan wajah sendu. Pesan indah dari kakak sebelumnya , Hana Natasha “ Kalau kita ikhlas, semua akan mudah”. Dari situlah, semboyan yang kita buat, LELAH asal LILLAH. Dan yang akhirnya membooming saentro Pondok Husnul Khotimah, hingga kini. Ya, semboyan yang menularkan semangat tiada habis.

Rasanya baru kemarin sekali, masjid tercinta sempurna rupanya. Katanya sekarang sudah semakin indah kawan. Tepatnya saya juga kurang tahu. Kapan-kapan mungkin kita kumpul bersama lagi. Menikmati senja Rabu, sembari rapat di rumah Ust Rian. Atau mungkin kita bertumpuk tidur di maktab ? Nanti kita makan-makan spageti dadakan, atau serabi . Seperti saat pembagian blazer cokelat Korea itu. 😀

Kawan, kalian masih ingat susunan tim kompak kita? Dilemari saya masih rapi, bersama dengan LPJ Mubes dan MST. Dulu kerjaan siapa ya menulis LPJ? Sekretariskah? Tapi rasa-rasanya saya yang lebih banyak begadang. 😛 (damai jek…)

Saya masih terkagum-kagum dengan kalian semua. Jujur, entah aura apa yang tersimpan. Alhamdulillah, hingga detik ini kinerja kawan-kawan masih lekat dibenak para santri juga ustadzah. Itu terakhir yang saya dapatkan dari salah seorang ustadzah dan beberapa santri.

Sempat, suatu kali kita merasa tertampar karena jumlah santri yang mendapat SP melebihi  tiga orang. Rasanya aib besar. Itu berarti bidang ruhiyah OSHK belum optimal. Jantung akhlak santri putri HK adalah OSHK, dan jantungnya adalah bidang ruhiyah. Tamparan keras jika ada santri yang mendapatkan  pelanggaran.

Oh ya, bagaimana kelanjutan ruhiyah kita setelah lulus dari pondok? Masihkah rajin Shalat Dhuha? Bagaimana tilawahnya? Berusaha tepat waktu shalat fardhu ya kawan Huuriyah. Jangan segan, bertanya jika ada yang tak dipahami. Dari ilmu agama sampai sosial juga ilmu alam. Tim kita sungguh terkumpul istimewa kawan!

 

Salam dari Kabid yang……(lanjutkan sendiri)

Nabila Hayatina

 

Istanbul, 9 Muharram 1435

Leave a comment