Warna Hijab Di Dalam Jiwamu, Wanita

Menurutmu, bagaimana warnamu? Jenis apa warnamu?

Wanita, selalu menjadi pembahasan yang tidak pernah habis. Kelumbutannya, kecerdasannya, dan multi talent-nya.  Wanita, agama pun bicara. “jika baik wanitanya, maka baik-lah seluruhya.” Itu seperti ikatan sebab-akibat.

Alhamdulillah, akhir-akhir ini sungguh beraneka ragam warna wanita. Hakikatnya, wanita adalah sumber kebaikan. Dari dirinya-lah kebaikan peradaban. Kebaikan lingkungan, bahkan kebaikan seluruh alam.

Bicara wanita, saya sempat dibuat pusing. Sebab, tetang beraneka ragam hijab.  Beraneka macam hijab, beraneka pula pendapat, beraneka macam pula niatnya.

Sebelum perjalanan menuju tanah Al-Fatih ini, saya Allah izinkan untuk berkelana. Mecari ilmu dan pengalaman. Empat bulan kurang saya di Pare, menggali bahasa Inggris dan mempraktekkannya.  Sungguh, zona yang berbeda. Sejak SD hingga SMA saya tidak pernah di zona yang bisa dikatakan, ‘bebas’. Dimana di kelas berinteraksi dengan lawan jenis.  Atau, dari yang dulu berkawan dengan akhwat-akhwat  berkerudung lebar dan panjang, sedang disana beraneka ragam. Dari yang hijabers, biasa saja, sampai yang berniqab.

Lalu, dua bulan Allah izinkan (selesai dari Pare) untuk saya belajar dari para ulama Mesir, Madinah di sebuah pesantren Al-Quran. Saya belajar tahsin Al-Quran. Daurah Al-Quran. Membahas matan Tuhfathul Athfal dan Jazari. Lalu setelah itu kembali menimba ilmu dari para ulama Syam (Syiria, Damaskus) disebuah Pesantren Tinggi di Cianjur. Dua pusat ilmu yang dimana di keduanya, saya pun berniqab.

Ini perjalanan saya. Sungguh sangat mengasyikan. Berdiskusi panjang dengan berbagai macam ragam warna wanita.

Berjalan, melihat dan menafsir. Saya sering menemukan, teman saya. Yang dulu saya kenal berkerudung panjang, tidak ketat (sesuai syariat) , tiba-tiba berubah menjadi sangat teramat stylist. Bisa saya katakan, kerudungnya ketat dan bisa jadi tidak pantas disebut kerudung / jilbab. Lalu, bagaimana hukumnya?

Disini saya tidak berani membahas hukum. Saya hanya inging mengajak untuk berbicara bersama hati. Melembutkan jiwa dan mengajak jiwa-jiwa tenang bersama-Nya.

Pernah suatu kali, saya menemukan kalimat,

“I’m very honour woman. I’m the most luxurios woman than another woman. Because  no one can see my face.”

Atau,

“Lebih baik seperti saya. Dari pada mereka yg menutupi wajah. Jarang berkomunikasi dengan masyarakat. Menutupi diri, dan sibuk dengan dirinya sendiri dan kalangannya.”

 

 

Berjalan, melihat dan menafsir. Saya tersentak. Lalu, apa bedanya?

Apa bedanya? Muslimah yang mengenakan kerudung panjang, lengkap dengan niqabnya? Atau muslimah yang memakai kerudung panjang, atau tidak panjang maupun tidak pendek ( tidak berniqab)? Apa bedanya, muslimah yang berhijab dengan gaya-gaya hijabers ke-kinian, jika seluruh hatinya sama seperti itu?

Aku yang paling benar. Aku yang paling mulia. Aku yang paling baik.

Itulah sebabnya. Mengapa hadits yang pertama kali dibahas dalam setiap kitab adalah niat.

Wanita, apa niatmu mengenakkan hijabmu? Apa warma niatmu? Apa yang ada dalam hatimu? Untuk apa dan siapa kamu berhijab? Warna apa yang kau pilih?

Leave a comment