Stasiun

Plakk!!

Anlıyorsun değil mi???”gadis bermata biru dengan winter coat menampar keras lelaki semampai didepannya.

“Dengarkan dulu. Itu hanya bercanda..” rayunya.

“Kau anggap itu bercanda? Dasar laki-laki! Dimana kau taruh wanita dalam hidupmu??” membuang muka.

Lelaki semampai, dengan syal hitam menarik tangan gadis bermata biru. Mencoba menarik hatinya kembali. Berharap ia mendengarkan penjelasannya. Ah! Aku tak tahu persis apa yang sedang mereka pertengkarkan. Hanya saja,mereka mencuri perhatianku senja ini. Ya! Mencuri perhatian dan emosiku. Ini kali ke empat ku temukan sepasang kekasih bertengkar ditengah keramaian. Cinta. Bagaimana kau membuat mereka berpisah? Cinta, bagaimana kau justru menumbuhkan kecewa, curiga,pada mereka yang kau cintai? Apa itu yang dihasilkan cinta? Ah!

Hujan!

Jalan-jalan basah..

Bergumpal awan kelabu beriringan pergi entah ke arah mana. Rintik demi rintik turun, tak kenal rumah, atap atau bahkan makhluk. Taman-taman dengan patung Attaturk-nya seakan mengheningkan cipta. Menerima jamuan indah dari langit. Gemercik genangan air, terinjak sana-sini.  Birunya selat Borphorus mulai bergoyang tak tentu arah.Eminönü-Kadıkoy İstasyonu, mulai dipadati pejalan kaki. Burung-burung berkicau tak bernada. Sedang sepasang kekasih itu masih saja saling adu pendapat. Menjadi pusat perhatian banyak orang berlalu-lalang. Kenapa begitu menarik? Apa yang kalian perhatikan? Cinta ataukah pertengaran itu? Mereka muda-mudi yang sendiri melirik penuh tanda tanya. Sedang mereka yang berpasangan justru semakin erat berpegangan.

Istanbul senja ini, semakin dingin. Kabut semakin menutup pandanganku. Hujan semakin lama semakin deras. Ku  buang muka tentang cerita sepasang kekasih tadi. Kenapa ada cinta bertemu, berbunga lalu berpisah? Bahkan dengan tak malu didepan banyak wajah. Kenapa pula ada yang berangkulan merayakan cinta, sedang yang lain terluka?

Cuaca bukan main buruknya senja ini. Angkasa seakan berebut kekuasaan, gemuruh ataukah tenang. Semua orang berlindung sambil bercengkrama dibawah atap-atap Bufe (semacam warung makanan kecil dan membeli harus dengan berdiri). Keheningan menyelimuti pesisir Istanbul.

Pandanganku lebur. Bukan! Bukan karena kabut, atau derasnya hujan. Apalagi pertengkaran sepasang kekasih. Bukan!

Beş kuruş üç tane..”

Ah! Apalagi yang diperbuat oleh cinta?

Sepasang nenek dan kakek menjajakan permen-permen, dengan harga 50 kuruş untuk tiga butir permen. Hatiku terbesit pilu. Mereka saling berpegangan erat. Batinku menjerit. Dan rupanya mereka buta!

Sepasang kekasih yang sudah tak peduli usia. Mencari penghidupan hanya dari permen-permen dan tissu yang tak seberapa penghasilannya. Lalu bagaimana cinta mempertemukan mereka? Kapankah cinta itu hadir, sedang mereka sama-sama tak dapat melihat rupa kekasihnya? Dimanakah mereka hidup? Membesarkan dan menjaga cinta yang bagiku abstrak caranya? Apalagi kisah unik yang dibuat oleh cinta? Dan, bagaimana jika salah satu dari mereka jatuh sakit? Kedinginan?Padahal, Istanbul bukan main dinginnya bulan-bulan ini. Ah! Tak sepenuhnya ku mengerti. Bagaimana Dia menciptakan cinta. Menyatukan cinta dan memisahkannya.

Off! Sudah Adzan Maghrib. Ku selipkan sedikit bekalku kepada sepasang kekasih istimewa. Semoga butanya mata tak menutup indah cinta-Nya dalam kedua kalbu nenek dan kakek luar biasa itu.

Istanbul, Januari 2014

Leave a comment