About Any Fears

Kata orang menikah itu bahagia. Bahkan bahagia yang tak tergambarkan. Kata orang menikah itu berwarna. Kata orang menikah itu ceria. Iya, kata orang menikah itu ini itu. Begini begitu.
Terhitung baru sebulan, aku menjadi istrimu. Terhlitung sebulan pula kita tak bertemu selain lewat dunia maya. Terhitung sebulan pula kita bejuang di batas jarak dan waktu. Sudah sebulan ya?

Kau dan aku tinggal di negara orang yang berbeda, beraneka ragam. Biasa mereka kira aku adalah anak SMA bahkan SMA, tapi tak jarang juga dikira sudah menikah. Bahkan sebelum menikah pun mereka kira aku sudah menikah. Sebab cincin yang menggerling di jari. Padahal itu pemberian Ibunda tercinta. Tinggal di negara orang yang aneka ragam budaya dan karakter. Tak jarang aku urung diri. Melihat wanita-wanita paras cantik berbalut pakaian mahal. Penuh make-up berjalan kesana kemari. Jua berbagai macam pemandangan pasangan romantis.
Aku hanya takut. Kau belum melihatku yang sebenarnya. Kau hanya dengar dari orangtuaku dan kawan-kawanku.

Bagaimana jika aku tidak sebaik yang kau kira?
Bagaimana jika aku tidak secantik yang kau lihat?
Bagaimana jika aku justru akan mengecewaimu?
Bagaimana jika aku justru menyusahkanmu?
Bagaimana jika? Dan bagaimana jika?

Semua ketakutan dan ketegangan kerap kali muncul. Kau sekadar tahu dan mendengar. Atau mungkin juga kau memperhatikanku seperti ku memperhatikanmu sejak kau hadir di hadapanku dan kawan-kawan SMP pertama kali, dan membaca Surat At-Tahrim itu? Apa kau juga memperhatikan caraku hidup berasrama sepertiku mempelajarimu? Mungkin aku hanya ke geeran dan terlalu pede. Bagaimana bisa kau dan aku yakin, sedang berbatas jarak dan tempat?

”Karena Aa yakin dan selalu berdoa inilah yang terbaik. Dan semoga menjadi yang terbaik. Di mata Allah. Aa yakin karena melihat dan memperhatikan kancah gerakmu sejak dahulu. Hidup dan paradigma yang berbeda yang kau miliki, yang kuatkanku. Dan Aa yakin meski dengan jarak dan waktu yang akan bersama kita hadapi. Selama jarak dan waktu itu ada, kita sama-sama perbaiki diri dan persiapkan diri. Perbaiki diri dihadapan-Nya dan persiapkan diri kita. Agar kelak kita siap membina umat dan keluarga kelak. Karena itu pula, ku yakin akan dirimu. Dengan potensi dan bersama kita menjaga Quran dalam hati dan membangun anak-anak yang terlahir dengan pembinaan orangtia yang selalu belajar dan memperbaiki diri. “

About any fears..
Segala takut dan tegang itu berubah, hanya karena dirimu yang dengan mudah menyihirku dengan harap dan doa. Itu doa. Jua ilmu. Tidak ada yang lebih indah dan agung di bandingkan istri menjaga ilmu dan nasehat suaminya. Tiada yang lebih mulia, dibanding istri menaati dan menghormati pesan suaminya. Benar kiranya , mengapa terlahir dari rusuk. Bukan kaki untuk di perintah apalagi di injak-injak. Bukan kepala untuk selalu dijunjung dan dipuji apalagi dipuja. Tapi dari rusukmu . Lalu kau jaga dan sentuh aku dengan caramu. Dengan tasmi’ Quranmu dan sesekali aku murjaah padamu dan kau ajari aku. Aku malu. Terimakasih… Alhamdulillah

2 thoughts on “About Any Fears

  1. Subhanallah …
    Cinta yg dibangun dengan hati
    Bukan dengan nafsu
    Saya suka sekali dengan tulisan mu kak nabilla

    Like

Leave a comment